oleh : Octavian Bintang Firdaus
Semua orang memulai hidup dari titik nol, tetapi titik nol setiap individu berbeda. Salah satu kesalahan besar yang sering digunakan untuk membenarkan ketidakadilan sosial adalah anggapan bahwa semua orang memulai dari posisi yang sama dan memiliki modal yang setara. Jika ada yang gagal atau menghadapi rintangan, sering kali mereka dianggap kurang berusaha.
Pandangan ini tidak hanya keliru, tetapi juga mengabaikan atribut sosial dan ekonomi yang melekat pada individu. Selain itu, tesis ini melihat situasi saat ini sebagai kejadian yang terpisah dari sejarah, mengabaikan peristiwa dan perjuangan masa lalu yang membentuk kondisi saat ini.
Sejak peradaban awal hingga era digital sekarang, interaksi dalam masyarakat menghasilkan dinamika yang beragam. Ketika individu dengan latar belakang serupa berinteraksi dengan yang lain, terbentuklah interaksi antar kelas sosial.
Meskipun ada yang berusaha meyakinkan bahwa tidak ada pembagian kelas dalam masyarakat, kenyataannya dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan:
- Di mana Anda bersekolah?
- Berapa penghasilan Anda saat ini?
- Berapa penghasilan orang tua Anda?
- Apa pekerjaan orang tua Anda?
- Apa pekerjaan kakek-nenek Anda?
- Seberapa besar pengaruh latar belakang sosio-ekonomi keluarga Anda terhadap kehidupan Anda sekarang?
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa semua hal di atas tidak relevan karena pada akhirnya usaha individu lah yang menentukan. Namun, penekanan pada usaha individu ini justru mengabaikan atribut yang sudah ada sejak lahir.
Menolak pengaruh sosio-ekonomi pada individu sama saja dengan menyangkal perjalanan sejarah. Roda sejarah telah membuat sebagian orang lahir dalam keadaan berkecukupan, sementara yang lain terlahir dalam kesulitan.
Jika Anda memiliki kehidupan yang lebih baik karena situasi tersebut, apakah Anda menganggap itu sebagai keberuntungan semata? Jika hanya berdasarkan keberuntungan, maka tesis bahwa semua orang memulai dari posisi yang sama menjadi tidak valid.
Begitu pula jika keadaan awal hidup seseorang dianggap sebagai hasil usaha orang tua. Ini menegasikan fakta bahwa sebelum lahir, individu sudah dipengaruhi oleh kondisi keluarganya. Ia tidak memiliki kontrol atas titik awalnya.
Memang benar bahwa setiap orang memulai dari titik nol, tetapi titik nol tersebut bervariasi. Dalam analogi pendakian gunung, ada yang mulai dari kaki gunung, ada yang bisa naik mobil hingga tengah gunung, dan bahkan ada yang diantar helikopter ke puncak sebelum berjalan sedikit lagi. Namun, ada juga yang harus berjuang keras hanya untuk mencapai kaki gunung atau bahkan tidak mampu memulai pendakian sama sekali.
Ketika membahas ketidakadilan sosial, sering kali perdebatan tidak fokus pada isu utama, tetapi pada siapa yang menyampaikan pesan. Jika seseorang dari kalangan kurang mampu berbicara tentang ketidakadilan sosial, mereka dianggap hanya mengeluh karena kurang usaha. Sebaliknya, jika seseorang dari kalangan sejahtera berbicara tentang hal ini, mereka dianggap berpura-pura peduli atau sok tahu.
Sebagai seseorang yang percaya pada nilai-nilai republik ini, penting untuk mengklaim kembali Keadilan Sosial sebagai cita-cita yang diperjuangkan untuk seluruh rakyat Indonesia. Ini bukan sekadar masalah sepele atau kosmetik; ini adalah tujuan serius dan jalan untuk mencapainya. Meskipun mungkin tak akan pernah sepenuhnya tercapai, tidak ada salahnya bagi siapa pun untuk terus berusaha meraihnya.
Proud of you Bintang
wht great u r!
👏🏻👏🏻👏🏻
Siapapun yg nulis, ini keren bngttt🤩🤩
mahal bintang
so proud of you!